Sunday, November 11, 2012

Multikulturalisme

Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).

Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)

Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)

Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar)

Jenis Multikulturalisme == Berbagai== macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):

  1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
  2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
  3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
  4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
  5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.
Contoh nyata dari Multikulturalisme adalah Indonesia, dengan lebih dari 700 bahasa yang digunakan, menurut saya Indonesia termasuk dalam Multikultiral kosmopolitan, karena saya sebagai orang Indonesia merasakan bahwa budaya yang bermacam-macam yang ada di Indonesia, terutama Jakarta benar-benar bukan hal yang aneh atau hal yang negatif, karena kita bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan tetap mengembangkan budaya masing-masing.

Sources :
Anonim, Multikulturalisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme
read more “Multikulturalisme”

Akulturasi Psikologis

Menurut Redfield, Linton and Herskovits (1936), Akulturasi adalah fenomena yang dihasilkan ketika sekelompok masyarakat yang mempunyai budaya berbeda datang dan berinteraksi dengan kelompok masyarakat asli, sehingga terjadi perubahan dalam pola-pola budaya asli didalam kedua kelompok tersebut

Sedangkan, Akulturasi menurut Koentjaraningrat (2005:155) mengatakan bahwa akulturasi merupakan istilah yang dalam antropologi mempunyai beberapa makna (Acculturation, atau Culture Contact). Ini semua menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur- unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.

Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Psikologi sendiri telah dikenal sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Perubahan kebudayaan yang terjadi disaat akulturasi budaya dapat berupa perubahan makanan, gaya berpakaian, dan bahasa. Sedangkan pada individu, perbedaan yang muncul bukan hanya sekedar perubahan perilaku sehari-hari, namun juga perubahan psikologis dan physical well-being.

Menurut Paranjpe (1993) beliau mengindikasikan bahwa debat antara psikolog lintas budaya dan psikolog budaya sejajar dengan konflik budaya yang dihadapi orang-orang didalam akulturasi

Menurut Tonks (1996) menyarankan bahwa pendekatan integratif mungkin menjadi pendekatan yang terbaik untuk psikologi dan individu yang melakukan penelitian didalam psikologi & budaya

Kesimpulannya, Akulturasi Psikologis merupakan bagian didalam akulturasi, perubahan psikologis merupakan perubahan yang bersifat individu, karena perubahan umum yang terjadi adalah, perubahan makanan, gaya berpakaian dan bahasa. Didalam akulturasi psikologis banyak sekali tantangan yang dihadapi individu sesuai dengan pendapat Paranjpe, karena tidak mudah untuk langsung mengubah gaya berperilaku dan sifat seseorang, namun lambat laun seiring berjalannya waktu dan dengan pendekatan yang integratif menurut Tonks, maka individu akan berselaras dengan tempat tinggal dimana terjadinya akulturasi dan individu akan menyesuaikan perilaku dan sifatnya sesuai dengan harapan sosial yang ada di daerah tersebut.

Sources :
Randal G. Tonks, History of and history as a cultural psychology of acculturation and stress, diakses 11 November 2012 http://tonks.disted.camosun.bc.ca/colloquia/cpa03.ppt
Anonim, Psikologi, diakses 11 November 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi
Anonim, Acculturation, diakses 11 November 2012 http://en.wikipedia.org/wiki/Acculturation
read more “Akulturasi Psikologis”

Friday, November 9, 2012

gelapnya langit dan dinginnya malam...

gelapnya langit dan dinginnya malam...
menjadi saksi bisu yang tak bisa mengungkap...
bintang bertaburan dilangit membuat gulita itu kian indah...
indah dengan kemerlap cahayanya...

rembulan pun seakan tak mau kalah...
dengan terang indahnya, ia membuat gulita itu sedikit bercahaya...
cahaya yang dirindukan setiap umat manusia...
yang dapat menunjukkan cinta kasihnya pada yang tercinta...

disini aku terdiam sepi...
diiringi hembusan angin yang menerpa...
menikmati semuanya seorang diri....

ingin rasanya berbagi...
setiap waktu indah yang terjadi...
dengan dia yang selalu kurindu....
yang selalu kupuja...
dan yang selalu kuimpikan....

sepinya malam menemani...
dan akhirnya, terbitlah sang matahari...
yang mulai menghangatkan dunia...
dan memberi cahaya kehidupan...

terdiam ku diiringi hangatnya matahari...
menanti datangnya yang selalu memberi kebahagiaan...

tersenyum ia dengan senyuman yang selalu menawan...
dan menyapa lembut dengan suara yang merdu...

dia membuat kehidupanku lebih berwarna...
dia membuat kehidupanku terasa indah...

tuhan...
ku tau ku takkan bisa bersama dengannya selamanya...
namun tuhan...
satukanlah aku dengannya...
meskipun hanya sementara....
sementara...

read more “gelapnya langit dan dinginnya malam...”

Tuesday, November 6, 2012

hah...

hah...
when you falling in love...
you don't need to search for happiness...
because with you lover, this world is already so beautiful...

baby,  i love you...
thanks for once again paint a little curve on my face..
yeah that's what people call happiness...

one year, two years have passed...
but my love still goes on baby...
yeah my pure love for you still goes on...
just for you baby....

i don't know what will happen...
few days, week, month even a years again...
but do you know baby...
i'm afraid to lose you for a second time....

now i've think and decided....
that i will be a painter in your life...
although just for a while....
i will paint as much happiness as i can in your life baby...

i hope that you will accept me as your painter...
because the only painter in my life that could paint so much happiness..
is you baby, is you, not the other...

i know, that we have so much differences...
but, do you know what do we have in common baby....
we have our love...
with love we could make a differences become one beautiful thing...
because that's how the love works baby...
i hope the magic of love can unite us...
although just a while...
yeah, just for a while....
my baby...
read more “hah...”

Monday, November 5, 2012

if i were a painter...

if i were a painter...
i would paint a long old wooden chair full of dirt...
the long old wooden chair, where there was a couple of human few years ago, they used to talk together on that chair...
they share their story, mind, and love on that chair...
but, the chair finally abandoned, because the man decided to end their relationship...
the man belief that they will never be together, because some complicated reason...
the man who doesn't have a heart, because his heart was stolen by the girl whom he love...
trying as hard as possible to erase her from his heart and walking without destination...
he looked at the sky and remember his lover's face, and tears slowly come down from his eyes...
he just can't forget about what was happen...
a day full of joy and happiness...
now just some sweet memories on the bitter reality...
day by day has gone, and he is trying to search another lover...
but there's no other girl in this world who same as her...
then finally he come back to the long old wooden chair...
sit and remember about the sweet things about her lover...
surprisingly...
she come back to the place that they met...
yeah, on the long old wooden chair....
and their story that full of mystery...
starting to continue...
once again....
read more “if i were a painter...”

Sunday, November 4, 2012

our beautiful story...

baby, deep inside my heart i want you always by my side...
forever and ever, i don't care what people think about me...
because this is my life and this is my love...
day by day pass without even single conversation...

i started to erase you from tiny little space on my chest...
but do you know what happen then ??
you come to my dream with big smile on your face...
and when i woke up, i realize that's just a dream...

this is our fate baby, this is god's plan for us...
although i'm trying as hard as i can to search for another...
but they are not you, they are the way too different from you...

you, i love the way you smile, do you know i'm still admire you...
from behind of the chair, i always trying to look at your sweet smile....
every time you change your hair, or glasses, i know it baby...

do you know why i do such a thing like that baby ??
because you've stolen my heart from two years ago....
yeah baby, i'm the man who live without heart....

when i talk to the god, why everything like this ??
it's too hard for me to forget about you, if we always meet each other....
maybe you don't feel anything when we meet each other....
but baby, deep inside my chest, it's always hurt without reason....

i think our fate was written baby, and our story still goes on....
baby would you like to continue our story ??
we still have a time to make our story become a beautiful story...
just as beautiful as you are...
read more “our beautiful story...”

Thursday, November 1, 2012

Akulturasi dan relasi internakultural

Akulturasi menurut Koentjaraningrat (2005:155) mengatakan bahwa akulturasi merupakan istilah yang dalam antropologi mempunyai beberapa makna (Acculturation, atau Culture Contact). Ini semua menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur- unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu. Contoh dari Akulturasi adalah kebudayaan bali, kebudayaan bali yang kental dengan tradisi-tradisi dan budaya-budaya bali yang beraneka ragam tetap terjaga dengan baik meskipun kebudayaan barat yang masuk ke bali tetap diterima dengan baik oleh masyarakat bali

Relasi Interkultural Adalah bidang disiplin yang di buat untuk melatih pelajar untuk mengerti, berkomunikasi dan menyelesaikan tujuan tertentu diluar budayanya sendiri
Dasar dari relasi interkultural adalah mempelajari bagaimana melihat diri sendiri dan dunia dengan sudut pandang budaya lain sedangkan jika dikaji lebih mendalam, relasi interkultural bertujuan untuk mempersiapkan pelajar untuk berinteraksi dengan budaya yang sama (contoh: berinteraksi dengan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang berbeda di Indonesia) maupun dengan budaya yang berbeda (contoh : Pekerja kantor diJakarta berinteraksi dengan penduduk suku Amazon di Brazil)

Didalam Relasi Interkultural dapat juga terjadi Komunikasi Interkultural karena komunikasi merupakan hal yang sangat dasar didalam menjalin suatu relasi atau hubungan.

Definisi Komunikasi Interkultural : Menurut Samover (1981), komunikasi interkultural terjadi ketika pengirim pesan dan penerima pesan berlatarbelakang budaya yang berbeda. Gudykunt, Kim (dalam Atsuko, Tokui. 2002:15) mendefinisikan komunikasi interkultural adalah proses abstrak dan aktivitas terpadu dan pemaknaan dalam komunikasi yang dilakukan antara orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda. Sedangkan Yasshiro, dkk.(1998) menjelaskan bahwa komunikasi interkultural yang ideal digambarkan bila orang-orang yang terlibat dalam komunikasi melakukan interpretasi makna pesan, mengumpulkan informasi, dan melakukan pertukaran informasi tersebut untuk saling menghormati, dan bekerjasama untuk saling menguntungkan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi interkultural terjadi jika pemberi dan penerima pesan berasal dari budaya yang berbeda dengan tujuan untuk memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan menghormati satu sama lain sehingga pemberi dan penerima pesan dapat saling menguntungkan.

Jika kita ambil hubungan dari akulturasi dan relasi interkultural, dapat diambil kesimpulan bahwa akulturasi dan relasi interkultural mempunyai hubungan yang erat karena percampuran budaya yang melahirkan budaya baru didalam akulturasi dapat terjadi jika budaya baru dapat membuat relasi atau hubungan yang baik dengan budaya lama, salah satu metodenya dengan berkomunikasi yang merupakan bagian dari relasi interkultural, dan tidak menutup kemungkinan bahwa relasi interkultural yang berjalan baik dapat membuat akulturasi budaya.

Sources :
Djodjok Soepardjo, Komunikasi Interkultural dalam Pendidikan Bahasa Jepang, diakses 1 November 2012 http://soepardjo.wordpress.com/2008/10/28/komunikasi-interkultural-dalam-pendidikan-bahasa-jepang/
Anonim, Intercultural relations, diakses 1 November 2012 http://en.wikipedia.org/wiki/Intercultural_relations
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00271-JP%20Bab%202.pdf
read more “Akulturasi dan relasi internakultural”

Friday, October 5, 2012

Terimakasih untuk ibu dosen yang ada disana, hahaha

Hai dunia kita berjumpa lagi, hahaha
Saya bingung mau ngomong apa ya diawal-awal soalnya udah lama ga mengarang indah, hahaha
Padahal banyak sih tugas yang harus dikarang indah, tapi refreshing dululah biar otak seger, hahahaa
Ok saya akan cerita deh, kenapa tumben-tumbenan saya mau nulis padahal saya biasanya sangat getol nulis kalo lagi galau, hahaha, biasalah curcol. tapi sekarang saya ga galau kok, malah nulis ini sambil senyam-senyum kaya orang bener, hehehe.
Jadi begini ceritanya, pada awalnya hidup saya tenang tapi semua berubah ketika tugas-tugas menyerang dan pas saya lagi mengalahkan salah satu tugas eh ga sengaja saya buka blog trus liat-liat tulisan jadul, tulisan-tulisan galau saya yang saya post, (tujuannya si biar si doi ngebaca gitu, padahal mah doi udah berenang kemana tau), hahaha mudah-mudahan doi nyasar kemari, amin, hahahaha
Lanjut cerita, eh saya akhirnya baca tugas-tugas softskill saya yang saya bikin pake bumbu-bumbu humor mahasiswa galau, trus saya jadi kangen deh sama dosen saya yang satu itu.
Dosen saya itu tipikalnya tegas tapi saya bisa liat dimatanya, kayanya dosen saya ini tipe-tipe dosen yang suka bercanda tapi bercanda ala dosen yang suka nakut-nakutin murid.
Pas pertama masuk kelasnya, biasalah saya ga tertarik, wong dari judul matkulnya aja ada"matematika"nya, fiuhh pertama kali masuk deg-degkan juga sih, soalnya ngeri ngulang, masalahnya matematik bro, gw aja ga bisa kalo ngulang bisa berabe, hahaha.
Tapi seinget saya sih diminggu pertama dosen saya cerita tentang alam semesta terus penemuan-penemuan manusia, karena dosen saya masuk sebulan sekali terus tugasnya disuruh ngeblog jadi di minggu pertama saya nulis dengan gaya normal anak kuliahan, sampe akhirnya di minggu ketiga dan seterusnya lahirlah tulisan saya yang berjudul "Milky Way Tour (Matematika & IAD)", "Jangan Berhenti (Matematika & IAD)", "Beneran deh simpel banget, (Matematika & IAD)", sampai tulisan terakhir saya untuk tugas itu yang berjudul "Art from Math??? (Matematika & IAD)".
Nah kan dari judulnya aja pertama-tama ada "matematika"nya, tapi akhirnya saya seneng sih sama pelajaran ini soalnya membahas tentang alam semesta dan ga ngebahas rumus-rumus matematika yang saya ga bisa bayangkan karena saya ga bisa matematika, hahaha.
Sebenernya sih ada sekitar 8 tulisan, tapi yang berkesan buat saya sih yang 4 diatas itu, hahaha
Pas saya abis nulis si "Jangan Berhenti (Matematika & IAD)" deh kayanya dosen itu ngomong kalo ga salah si "itu ada kalo ga dikelas ini atau dikelas sebelah ya yang nulisnya ngelawak, walaupun tugasnya bikin artikel tapi yang serius ya" hahahahahaha, seinget saya kurang lebih si kaya gitu, saya inget banget ibu dosen itu ngomongnya sambil senyum-senyum. untung saya ga ketauan yang nulisnya ngelawak, kalo ketauan bisa dicengin didepan gebetan, gengsi broooo, hahahaha
Hah singkatnya sih gitu, alesan saya bikin tulisan ini si ceritanya mau bikin ucapan terimakasih sama dosen saya yang satu itu soalnya karena dia saya sekarang kalo bikin artikel ga nyeleneh lagi, hahahaha.
pokoknya terimakasih lah bu, oh iya kalo ada maba gunadarma yang baca ini, siap-siap ya mungkin kalian bakal ketemu sama dosen yang satu ini, cluenya adalah dosen ini lulusan s2 perancis, pokoknya dijamin deg-degkan deh kalo belajar sama dia, hahahaha, tapi ngangenin juga, wong saya sampe bikin ucapan terimakasih yang panjang lebar dan ga jelas ini, hahahaha
udah ah capek ni, mau tidur dulu bro, see ya next time. thnks.
read more “Terimakasih untuk ibu dosen yang ada disana, hahaha”

Transmisi budaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan Psikologis

Transmisi budaya adalah cara sekolompok manusia atau hewan yang berada di dalam suatu wilayah atau budaya untuk mempelajari suatu informasi baru. cara belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada anak kecil dan anak muda.
Penelitian lintas budaya didalam lima puluh tahun terakhir ini lebih berfokus kepada perbedaan antara budaya barat dan budaya timur (Chang, et al., 2010).
Beberapa peneliti percaya bahwa pembelajaran budaya yang berbeda dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik didalam area yang mana budaya tersebut muncul (Chang, et al., 2010).
Lingkungan yang berbeda tersebut diantaranya iklim, pola migrasi, perang, kesesuaian pertanian, dan endemik patogen. evolusi budaya, dimana pembelajaran budaya di bangun dipercaya merupakan hasil dari budaya 10.000 tahun yang lalu dan hanya mempunyai hubungan yang sedikit dengan genetika.

Hal yang penting yang harus diketahui bahwa budaya tidak diwariskan secara biologi dari orang tua ke anaknya melainkan melalui pengalaman dan partisipasi. proses yang mana anak kecil mempelajari budaya disebut enkulturasi. enkulturasi sendiri adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat

Menurut seorang ahli yang bernama M.J.Herskovits (1948). enkultirasi adalah proses sosialisasi dan menjaga suatu budaya asli secara turun-temurun, termasuk ide, konsep, dan nilai.
Dapat disimpulkan bahwa enkulturasi adalah proses pembelajaran tentang budaya yang dilakukan oleh sekelompok orang disuatu daerah secara turun-temurun untuk mewarisi budaya asli dari nenek moyang mereka.
Bentuk transmisi budaya bisa kita ambil contoh antara budaya barat dan timur, dibudaya barat kita tahu bahwa mereka bersikap apa adanya dan cenderung terbuka antara satu sama lain sedangkan budaya timur lebih bersikap menjaga sopan santun dan lebih tertutup, contoh nyatanya adalah ketika kita bertemu paman atau saudara yang lebih tua pasti budaya kita mengajarkan untuk mencium tangan sedangkan di barat mungkin itu adalah sesuatu yang aneh

Sebelum saya menjelaskan pengaruh transmisi budaya terhadap perkembangan psikologi individu, perkembangan, dan pola asuh. saya akan menjelaskan sedikit tentang psikologi individu, perkembangan dan pola asuh. 
  • Psikologi individu cenderung lebih menekankan kepada bagaimana individu bertingkah laku di kehidupan sehari-hari jika kita liat dari sudut pandang cara belajar maka tingkah laku ini sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya juga.
  • Perkembangan adalah proses hidup manusia dari dilahirkan hingga meninggal dan banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang diantaranya budaya
  • Pola asuh adalah cara orang tua untuk menjaga, mendidik, dan membesarkan anak-anak mereka dan pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh budaya, karena menurut observasi saya rata-rata ibu-ibu muda yang baru mempunyai anak cenderung meminta nasihat kepada orang tua mereka tentang bagaimana cara mengasuh anak mereka dan secara tidak langsung jika ditelusuri jika anak meminta nasihat kepada orang tua untuk mengasuh anak dan orang tua meminta nasihat kepada orang tuanya dan begitu seterusnya maka bisa di katakan bahwa itulah yang disebut enkulturasi pola asuh.

Sekarang saya akan menjelaskan tentang perbedaan dan kesamaan antara budaya dalam hal transmisi budaya melalui awal masa perkembangan dan kelekatan.
Saya akan mengambil contoh dari kedua orang tua saya, karena kemarin saya mendapat pelajaran tentang perbedaan budaya yang menghasilkan kekayaan yang luar biasa jadi saya akan menjelaskan tentang perbedaan budaya antara orang tua saya karena mereka berasal dari budaya yang berbeda.
  • Pertama ibu saya, ibu saya berasal dari kota solo dimana budaya solo yang sangat kental dengan tata krama dan sopan santun. berdasarkan observasi saya kepada keluarga besar dari ibu saya, mereka sangat menjaga sopan santun dan cenderung malu-malu. Pola asuh di keluarga ibu saya benar-benar membuat anak-anaknya sangat lekat dengan orang tuanyanya karena kebudayaan mereka yang menjaga toto kromo, saya menyimpulkan bahwa hal ini terjadi karena anak yang menjaga toto kromo adalah hasil pembelajaran dari orang tuanya dan semakin orang tua mengajarkan kepada anak maka orang tua akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak dan bonding atau ikatan yang dihasilkan maka akan semakin kuat.
  • Kedua ayah saya, ayah saya berasal dari kota tegal dimana budaya tegal cenderung tidak sehalus budaya kota solo meskipun sopan santun tetap dijaga. Berdasarkan observasi saya kepada keluarga besar ayah saya, mereka cenderung lebih terbuka dan lebih terbiasa menggunakan kata-kata yang menyindir perasaan ketika bercanda antara satu sama lain, namun itulah tradisi mereka dan mereka tidak dendam atau kesal antara satu sama lain karena memang budaya mereka seperti itu. Pola asuh keluarga ayah saya setelah saya observasi cenderung kurang lekat antara anak dan orang tua mungkin karena mereka terbiasa terbuka dengan setiap orang dilingkungannya jadi mereka dekat dengan saudara-saudaranya sama seperti orang tuanya jadi bonding atau ikatan dengan orang tua tidak begitu kuat.

Kesamaan dan perbedaan dari kedua budaya tersebut adalah :
  • Kedua budaya tersebut menjaga sopan santun meskipun berbeda porsi
     
  • Kedua budaya tersebut menyayangi anak mereka dengan kasih sayang yang sama besar namun dengan cara dan pengungkapan yang berbeda.

Jadi kalau kita lihat pengaruh transmisi budaya pada perkembangan psikologis individu dari kedua budaya tersebut maka. dari budaya solo, menghasilkan individu yang sangat sopan dan dapat terbuka kepada orang lain jika sudah kenal baik karena mereka cenderung malu-malu. dan dari budaya tegal, menghasilkan individu yang easy going dan terbuka tapi terbuka ala Indonesia yaitu masih menjaga sopan santun.

Mungkin itu saja yang saya tulis semoga bermanfaat bagi pembaca dimanapun berada termasuk ibu dosen saya. 
Budaya adalah suatu kekayaan yang tak ternilai dan Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya, oleh karena itu jangan sampai perbedaan budaya membuat perpecahan karena perbedaan budaya menunjukan bahwa negara kita amat sangat kaya. Keep peace in our Indonesia

Sources :
Anonim, Cultural learning, diakses 5 oktober 2012, http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_learning
Juliardibachtiar, 2011, Enkulturasi dan Sosialisasi, diakses 5 oktober 2012, http://juliardibachtiar.wordpress.com/2011/03/30/enkulturasi-dan-sosialisasi/
 Bryan S. K. Kim, Annie J. Ahn, and N. Alexandra Lam, 2009, Theories and Research on Acculturation
and Enculturation Experiences among Asian American Families, http://www.springer.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/9781603274364-c2.pdf?SGWID=0-0-45-721023-p173783148


read more “Transmisi budaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan Psikologis”

Wednesday, September 26, 2012

Apa sih Psikologi lintas budaya ? dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain

Pada kesempatan kali ini saya akan membuat artikel tentang apa sih psikologi lintas budaya itu, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain. setelah hampir setengah semester tidak menulis di blog ini akhirnya sekarang saya akan menulis lagi, ok langsung saja :

Psikologi lintas budaya adalah cabang dari ilmu psikologi yang memlihat  bagaimana faktor budaya mempengaruhi tingkah laku manusia. Pada tahun 1972 "The International Association of Cross-Cultural Psychology" (IACCP) dibuat,  dengan tujuan untuk memperdalam mengenai studi tentang psikologi lintas budaya dan cabang psikologi ini terus berkembang dari awal mula didirikan hingga saat ini. Goal atau tujuan dari para psikolog lintas budaya adalah untuk melihat tingkah laku yang umum dan tingkah laku yang unik untuk  mengidentifikasi budaya manakah yang mempunyai pengaruh paling banyak terhadap tingkah laku manusia. 

Dua pendekatan dalam psikologi lintas budaya yang banyak digunakan oleh psikolog lintas budaya adalah etic dan emic. 
  • Etic adalah pendekatan yang mempelajari bagaimana budaya yang berbeda-beda mempunyai kesamaan  
  • Emic adalah pendekatan yang mempelajari  perbedaan antar budaya. 
Salah satu fokus yang membuat psikologi lintas budaya dengan cabang psikologi lainnya adalah psikologi lintas budaya melihat tingkah laku manusia dari pengaruh budaya dimana cabang-cabang  psikologi lain biasanya melihat tingkah laku manusia dari pengaruh orang  tua, teman dan orang lain. berdasarkan "Walter J.Lonner" yang menulis "Eye on Psi Chi", psikologi lintas budaya bisa dikatakan suatu tipe metodologi  penelitian daripada suatu bidang yang terpisah di dalam psikolog.

Dari tulisan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Psikologi lintas budaya adalah ilmu yang melihat pengaruh budaya dalam membentuk tingka laku manusia dan yang harus digarisbawahi didalam Psikologi lintas budaya, budaya itu sendiri bersifat universal jadi budaya tidak hanya mengikat pembentukan tingkah laku disuatu daerah namun pembentukan tingkah laku diseluruh dunia, karena sifanya yang universal inilah budaya yang berbeda-beda dapat diambil kesamaannya dan kesamaan budaya dapat diambil perbedaannya, 

Selanjutnya saya akan menjelaskan hubungannya dengan disiplin ilmu lain namun sebelum saya menjelaskan hubungan antara psikologi lintas budaya dengan disiplin ilmu lain, saya akan menjelaskan beberapa disiplin ilmu yang hampir sama dengan psikologi linatas budaya namun mempunyai fokus yang berbeda, disiplin imu tersebut antara lain Psikologi indigenous, Psikologi budaya dan Antropologi :

  • Psikologi Indigenous menurut "Kim dan Berry" adalah bidang psikologi yang membahas tentang tingkah laku dan pikiran penduduk asli yang hidup di suatu daerah yang bukan penduduk dari luar. lebih jelasnya adalah penduduk keturunan asli dari suatu daerah dan bukan penduduk pendatang baru. Pada umumnya psikologi indigenous melihat pengetahuan, keterampilan dan keyakinan penduduk asli sesuai dengan keadaan alami penduduk tersebut .

  • Psikologi budaya adalah bidang psikologi yang mempunnyai anggapan bahwa budaya dan pikiran tidak dapat dipisahkan dan teori psikologi di suatu budaya hanya terbatas untuk budaya itu sendiri. seperti yang dikatakan oleh "Richard Shweder: dalam tulisannya yang berjudul "what is cultural psychology ?" beliau mengungkapkan bahwa psikologi budaya adalah studi tentang bagaimana tradisi budaya dan praktek sosial mengatur, mengungkapkan dan mengubah psikis manusia sehingga kurang dalam kesatuan psikis manusia dibandingkan divergensi etnis dalam pikiran, diri , dan emosi. dapat disimpulkan bahwa psikologi budaya adalah bagaimana tradisi budaya berpengaruh dalam pembentukan diri seseorang.

  • Antropologi adalah ilmu yang mempelajari budaya masyarakat suatu etnis tertentu. antropologi berasal dari kata Yunani yaitu "anthropos" yang berarti "manusia" dan "logos" yang berarti "ilmu". antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. menurut salah satu ahli antropologi Indonesia yaitu "Prof DR Koentjaraningrat:, Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari ketiga disiplin ilmu diatas dapat diambil kesimpulan :
  • Psikologi Indigenous mempunyai fokus yang melihat tingkah laku dan pikiran pada penduduk asli suatu daerah, dapat disimpulkan bahwa budaya didalam Psikologi Indigenous dilihat sebagai warisan turun-temurun dan bukan bersifat universal.
     
  • Psikologi budaya yang menganggap budaya dan pikiran tidak dapat dipisahkan dan budaya membentuk pikiran, diri dan emosi suatu masyarakat tertentu. budaya didalam Psikologi bersifat tidak universal karena budaya terbatas untuk budaya didaerah itu sendiri.
     
  • Antropologi mempelajari manusia dari jaman purbakala sampai jaman modern dan didalam Antropologi budaya itu sendiri dilihat sebagai suatu warisan dari jaman purbakala yang akhirnya terpecah-pecah dan menghasilkan budaya-budaya yang beragam.

Hubungan antara Psikologi lintas budaya dan ketiga disiplin ilmu diatas sangat berkaitan satu sama lain meskipun dari cara pandang yang berbeda. Kita ambil contoh budaya dari Suku Dayak dan Suku Asmat jika kita lihat dari cara pandang Psikologi lintas budaya maka akan kita cari kesamaan atau perbedaan budaya antara kedua suku tersebut jika kita melihat dari sisi Antropologi jelas ini berhubungan karena antropologi juga melihat perkembangan budaya dari jaman purbakala dimana mungkin ada kesamaan antara kedua suku tersebut. lalu bagaimana dengan Psikologi Indigenous dan Psikologi Budaya ? jika kita telusuri lebih dalam kedua suku tersebut berdasarkan cara pandang Psikologi lintas budaya maka kita dapat melihat data-data budaya dari kedua suku tersebut melalui cara pandang Psikologi Indigenous dan Psikologi budaya. kenapa bisa begitu ? karena ketiga disiplin ilmu diatas sama-sama melihat pengaruh budaya yang membentuk tingkah laku meskipun dalam cara pandang yang berbeda.

Demikian tulisan singkat saya mengenai apa sih psikologi lintas budaya itu, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain. Semoga dapat dimengerti dan bermanfaat. Terima kasih.

Sources :
Anonim, Antropologi, diakses 26 september 2012, http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
Anonim, Cross-cultural psychology, diakses 26 september 2012, http://en.wikipedia.org/wiki/Cross-cultural_psychology
Anonim, Cultural psychology, diakses 26 september 2012, http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_psychology
Anonim, Indigenous psychology, diakses 26 september 2012, http://en.wikipedia.org/wiki/Indigenous_psychology
Kendra Cherry, What Is Cross Cultural Psychology?, diakses 26 september 2012, http://psychology.about.com/od/branchesofpsycholog1/f/cross-cultural.htmRichard A. Shweder, Cultural psychology-what is it ?, diakses 26 september 2012, http://www.indigenouspsych.org/Members/Shweder,%20Richard%20A/1990--Cultural%20Psychology%20-%20What%20is%20it.pdf
read more “Apa sih Psikologi lintas budaya ? dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain”

Tuesday, March 20, 2012

Gangguan penggunaan zat-zat yang bersifat adiktif

Pada kesempatan kali ini saya akan membuat artikel mengenai kesehatan mental berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini, topik yang akan saya angkat kali ini adalah Gangguan penggunaan zat-zat yang bersifat adiktif , mungkin topik ini tidak terlalu spesial, ya karena penggunaan zat adiktif didalam kehidupan sehari-hari memang banyak terjadi apalagi dikalangan anak remaja yang baru memulai mencari jati diri.

Beberapa ciri kesehatan mental menurut Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, 1994, CV HAJI SAMAAGUNG ; Jakarta. :
  1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa ( neurose )
  2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup dan berinteraksi.
  3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
  4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan diri.

Gangguan penggunaan zat yang bersifat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi sosial dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.

Penyalahgunaan zat adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang menyebabkan orang yang memakainya mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zatyang bersifat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik.

Klasifikasi Zat yang disalahgunakan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

Narkotik
Menurut UU RI No 22 / 1997 yang disebut narkotika adalah: Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
  1. Golongan I : Heroin / putauw, ganja atau kanabis, marijuana, kokain
  2. Golongan II : Morfin, petidin
  3. Golongan III : Kodein
Psikotropika
Psikotropika adalah merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Menurut UU RI No 5 / 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
  1. Golongan I : Ektasi
  2. Golongan II : Amfetamin, metilfenidat atau ritalin
  3. Golongan III : Fentobarbital, flunitrazepam
  4. Golongan IV : Diazepam, klordiazepoxide, nitrazepam ( pil BK, pil koplo)
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindromaketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
  1. Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat
  2. Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan.
  3. Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif.
  4. Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya ringan.
Zat adiktif
  • Bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika.
  • Minuman beralkohol
  • Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
  • Tembakau/rokok

Proses terjadinya ketergantungan obat
Proses ini dipengaruhi oleh zat kimia yang terkandung dalam obat, efek obat,
Kepribadian pengguna obat dan kondisi lainnya, seperti faktor keturunan dan tekanan sosial.
Perkembangan dari pemakaian coba-coba menjadi penggunaan yang sekali-sekali dan kemudian menjadi toleransi dan ketergantungan

Akibat dari penyalahgunaan zat adiktif :
  • Merasa rendah diri
  • Tidak dewasa
  • Mudah frustasi
  • Kesulitan dalam menyelesaikan masalah pribadi
  • Kesulitan dalam berhubungan dengan lawan jenisnya
  • Mencoba untuk lari dari kenyataan yang digambarkan sebagai ketakutan, penarikan diri dan depresi
  • Beberapa pecandu memiliki riwayat percobaan bunuh diri atau melukai dirinya sendiri
  • Digambarkan sebagai pribadi yang tergantung
  • Memerlukan dukungan dalam membina hubungan
  • Memiliki kesulitan menjaga diri mereka sendiri
  • Ekspresi seksual yang tak terkendali
Kesimpulan : penggunaan zat yang bersifat adiktif jelas akan mengganggu kesehatan mental seseorang karena dampak dari zat tersebut berbanding terbalik dengan beberapa ciri mental yang sehat oleh karena itu marilah sama-sama kita jauhi zat-zat yang bersifat adiktif tersebut karena dampaknya sangat buruk, bukan hanya pada kesehatan mental, namun juga pada keluarga dan lingkungan sekitar, demikianlah artikel tentang gangguan penggunaan zat-zat  yang bersifatadiktif, kurang lebihnya mohon maaf dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sources :
I Putu Yudiantara, 2009, Kesehatan Mental http://yudiantara.wordpress.com/2009/01/20/kesehatan-mental/
Imron Rosyidi, PENYALAHGUNAAN ZAT, 2009, http://imron46.blogspot.com/2009/12/penyalahgunaan-zat.html
Anita Binti Akhmad, Jangan Ditiru!!!, 2011, http://anitabintiakhamad.blogspot.com/2011/11/jangan-ditiru.html
read more “Gangguan penggunaan zat-zat yang bersifat adiktif”

Kesehatan Mental...

Pada kesempatan kali ini saya akan menulis artikel tentang kesehatan mental..

Kesehatan Mental adalah :

Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).

Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.

Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan gejala-gejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatan hygiene mental.

Beberapa ciri kesehatan mental menurut Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, 1994, CV HAJI SAMAAGUNG ; Jakarta. :

  1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa ( neurose )
  2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup dan berinteraksi.
  3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
  4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan diri.

 Dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang terhindar dari gejala gangguan jiwa (neurose), mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan, mampu mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada dirinya dan mampu menghadapi segala masalah dalam hidup, jadi seseorang bisa dikatakan memiliki gangguan mental jika ia memliliki beberapa gejala yang menyimpang dengan 4 ciri kesehatan mental diatas.

Sedangkan kesehatan sendiri :
  •  “Suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit” (Freund, 1991:The International Dictionary of Medicine & Biology).
  • “Kesehatan adalah:1).Condition of a person’s body or mind.2).State of being well and free from illness”. (Hornby, 1989).
  • “Keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (Rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan” (WHO dalam Smet, 1994)

Dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah kondisi keadaan yang baik dari suatu organisme dengan ciri normal atau tidak ada penyakit  lalu kondisi dimana tubuh, mental dan pikiran merasa baik dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.

Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental :
  1. Gangguan Somatofarm : Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organic dan factor-faktor psikologis.
  2. Gangguan Disosiatif : Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
  3. Gangguan Psikoseksual : Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
  4. Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa : Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
  5. Gangguan kepribadian : Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
  6. Gangguan yang terlihat sejak bayi, masa kanak-kanak atau remaja : Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
  7. Gangguan jiwa organik : Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
  8. Gangguan penggunaan zat-zat : Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
  9. Gangguan Skisofrenik : Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
  10. Gangguan Paranoid : Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
  11. Gangguan Afektif : Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan depresi.
  12. Gangguan Kecemasan : Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.

Sedikit sejarah tentang perkembangan perawatan kesehatan mental :

Dimulai pada zaman batu, para arkeolog menemukan bahwa ada beberapa tengkorak yang berasal dari zaman purba kala memiliki lobang sebesar telur, interpretasi yang muncul terhadap lubang tersebut adalah bahwa pada zaman tersebut perilaku abnormal atau gangguan mental dipercaya muncul karena pengaruh dan serangan dari roh-roh yang jahat. menggunakan teknik yang disebut trephination yaitu menciptakan sebuah jalur melalui tengkorak sebagai jalan keluar bagi para roh jahat.
Trephination
tengkorak trephination

proses trephination

alat-alat trephination

Lalu pada zaman Yunani Kuno, orang-orang yang berperilaku abnormal sering dikirim ke kuil untuk persembahan pada Aesculapius, yaitu Dewa Penyembuhan. Para pendeta percaya bahwa Aesculapius akan mengunjungi orang-orang yang menderita ketika mereka tertidur di dalam kuil dan memberikan penyembuhan melalui mimpi.
Aesculapius

Pada abad 5M Hippocrates (Bapak kedokteran, penemu ilmu medis modern) mempeloporkan somatogenesis, yaitu suatu ide yang menyebutkan bahwa kondisi soma (tubuh) mempengaruhi pikiran dan perilaku individu. Jika soma (tubuh) seseorang terganggu, maka pikiran dan perilakunya juga akan terganggu.
Hippocrates mengklasifikasikan gangguan mental ke dalam tiga kategori yaitu:
1. mania untuk mengacu pada kegembiraan yang berlebihan,
2. melancholia untuk menandai depresi yang berlebihan dan
3. frenitis (demam/peradangan otak) untuk menandai bentuk perilaku aneh yang mungkin pada masa kini menggambarkan skizofernia.

Ia lebih percaya pada hal-hal yang bersifat natural daripada supranatural. Hippocrates percaya bahwa suatu pola hidup tertentu akan mempengaruhi kesehatan otak dan tubuh.
Hippocrates

Selain Hippocrates, ada juga dokter dari Roma yang mencoba memberikan penjelasan naturalistik tentang gangguan psikotik. Mereka adalah Asclepiades dan Galen. Keduanya mendukung perlakuan yang lebih manusiawi dan perawatan di rumah sakit bagi para penderita gangguan mental.

Lalu setelah kematian Galen (130 – 200 M) sebagai dokter terakhir pada masa klasik Yunani menandai dimulainya Zaman Kegelapan bagi dunia medis dan bagi perawatan serta studi tentang perilaku abnormal. Zaman Pertengahan dan Renaissance (400 – 1500 M), kalangan gereja dan kristen meluaskan pengaruhnya. Gangguan mental kembali dihubungkan dengan pengaruh spiritual dan supranatural (Demonologi).


Asclepiades & Galen

Asclepiades

Galen


Pada abad 15 dan 16, di Eropa mulai dilakukan pemisahan dengan serius antara penderita gangguan mental dari kehidupan sosialnya. Disana dibangun suatu tempat penampungan yang disebut Asylums. Di asylums itu ditampung dan dirawat penderita gangguan mental dan para gelandangan. Mereka dibiarkan untuk tetap bekerja dan tidak diberi suatu aturan hidup yang jelas.

Tahun 1547, Henry VIII membangun London’s Hospital of St. Mary of Bethlehem (kemudian terkenal dengan nama Bedlam – kata yang umum digunakan pada saat itu untuk menyebut rumah sakit), sebagai rumah sakit pasien gangguan mental. Kondisi di Bedlam saat itu cukup menyedihkan: suasananya sangat bising, para penghuninya dirantai di tempat tidur mereka dan dibiarkan terbaring di tengah kotoran mereka atau berkeluyuran tanpa ada yang membantu. Kemudian Bedlam berkembang menjadi hiburan masyarakat untuk mencela dan menonton tingkah laku orang sakit jiwa tersebut. Bedlam sendiri kemudian menyediakan tiket untuk dijual kepada masyarakat.
Henry VIII and Bedlam

Henri VIII

Bedlam


Dan akhirnya pada tahun 1793 seorang perancis yang bernama Philippe Pinel membuat gebrakan baru dengan membebaskan pasien dari ikatan rantai dan pasung kemudian memperlakukannya sebagai seorang yang sakit dan tidak diperlakukan seperti seekor hewan. Pinel berpendapat bahwa rumah sakit seharusnya merupakan tempat untuk treatment bukan untuk mengurung. Menurutnya, pasien gangguan mental pada dasarnya adalah orang normal yang selayaknya didekati dengan perasaan iba, memahami mereka serta diperlakukan sesuai dengan martabatnya sebagai individu. Pinel juga menentang adanya hukuman dan pengusiran bagi para penderita gangguan mental.
Philippe Pinel

Demikianlah artikel tentang kesehatan mental, dari semuanya dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental sebagai ilmu dapat mempelajari masalah mental dan membantu menyembuhkan penyakit mental, lalu metode perkembangan perawatan kesehatan mental dari zaman dulu hingga sampai saat ini pun melalui tahap yang sangat panjang, semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita tentang kesehatan mental.

Source for articles :
I Putu Yudiantara, 2009, Kesehatan Mental http://yudiantara.wordpress.com/2009/01/20/kesehatan-mental/
M. Fakhrurrozi, M.PSI,PSI, 2011, Kesehatan Mental http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
Anonim, 2008, http://sisyat86inspiriete.blogspot.com/2008/02/kesehatan-mental-hygiene-mental.html

Source for images :
M. Fakhrurrozi, M.PSI,PSI, 2011, Kesehatan Mental http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
http://www.sciencemuseum.org.uk/hommedia.ashx?id=10957&size=Small
http://www.sciencephoto.com/image/222983/530wm/H4010028-Asclepiades,_Greek_doctor-SPL.jpg
http://www.pbs.org/wgbh/nova/assets/img/hippocratic-oath-today/image-01-large.jpg
http://chestofbooks.com/travel/italy/rome/John-Stoddard-Lectures/images/Aesculapius.png
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Hans_Holbein_d._J._074.jpg/220px-Hans_Holbein_d._J._074.jpg
http://www.blogcdn.com/www.asylum.com/media/2010/02/bethlemwiki.jpg
http://www.art-prints-on-demand.com/kunst/anna_m_merimee/philippe_pinel_1745_1826_hi.jpg
read more “Kesehatan Mental...”